Dukungan Banyak Pihak, Roda Perekonomian pun Bergerak
Kiat Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Pandemi (Bagian 2/Habis)
Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) digadang-gadang menjadi kunci pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Meski penuh dengan tantangan, sektor UMKM dinilai masih memiliki harapan dan peluang untuk meningkatkan skala bisnisnya. Untuk tetap bertahan, maka UMKM membutuhkan dukungan dari lintas sektoral.
UMKM selama ini menjadi salah satu penopang ekonomi nasional. Berdasarkan data APEC pada tahun 2018, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 97 persen dari total keseluruhan usaha. UMKM berkontribusi 50 persen terhadap tenaga kerja. UMKM juga berkontribusi signifikan terhadap GDP, yakni mencapai 20 persen-50 persen
Data itu menunjukkan peran UMKM yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Oleh karenanya, UMKM harus tetap bertahan karena jika banyak yang gulung tikar dikhawatirkan akan berdampak besar bagi perekonomian nasional.
Dominasi UMKM terhadap sektor usaha juga terjadi di Balikpapan. Pada 2019 lalu, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian (DKUMKMP) Balikpapan mencatat ada sebanyak 21.400 pelaku UMKM. Kuliner merupakan lini usaha yang paling banyak digeluti.
“Kalau untuk gendernya, kebanyakan pelaku UMKM di sini adalah perempuan. Kalau laki-laki kebanyakan karyawan dan pegawai negeri,” ujar Kepala Seksi Bina UMKM DKUMKMP Balikpapan, Rabiatun.
Perbandingannya, lanjut perempuan berjilbab ini, perempuan 60 persen dan laki-laki adalah 40 persen. Persentase ini didapat dari jumlah binaan DKUMKMP yang mencapai 400 usaha. Dirinya juga mengungkapkan, pelaku UMKM mayoritas perempuan karena mereka lebih telaten dan tidak malu ketika harus memasarkan produknya door to door.
“Pelaku UMKM didominasi usia 30 tahun hingga 60 tahun. Usia muda masih sedikit yang menjadi pelaku usaha,” jelas perempuan yang akrab disapa Atun ini.
Salah satu faktor penyebabnya adalah pola pikir. Dikatakan Atun, bekerja itu yang mentereng. Baju rapi, dapat gaji, dan tidak perlu bersusah payah. Sedangkan jika menjadi pelaku usaha, mereka harus berhadapan dengan tantangan dan risiko.
Meski demikian, UMKM menjadi sektor andalan bagi masyarakat selama pandemi Covid-19. Banyak bermunculan UMKM baru yang mana lagi-lagi didominasi kuliner. Faktor penyebabnya adalah banyaknya pemutusan hubungan kerja atau karyawan yang dirumahkan akibat perekonomian yang lesu.
“Kalau untuk data terbaru (jumlah UMKM), kami belum ada. Tapi, sejak adanya bantuan (bantuan presiden), kayaknya bertambah. Soalnya bertambah banyak yang mulai mengurus izin,” ungkap dia.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala DKUMKMP Balikpapan, Muhammad Yusuf mengatakan, banyaknya UMKM di Balikpapan memiliki potensi cukup besar. Utamanya dalam menggerakkan kembali roda perekonomian.
Untuk itu, pemerintah memberikan dukungan kepada pelaku UMKM agar tetap bertahan. Tidak hanya pemerintah pusat, namun juga pemerintah daerah dan pihak swasta.
“Kami melakukan pelatihan. Kami ‘kan juga ada program di UMKM Care Center, di sana ada webinar-webinar. Saya kira dengan adanya webinar, hal ini dapat meningkatkan kapasitas UMKM,” katanya.
Pelatihan yang digelar, di antaranya, pelatihan sulam tumpar. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah variasi buah tangan Kota Minyak. Seperti diketahui bersama, selama ini oleh-oleh khas Kota Balikpapan didominasi makanan dan manik-manik.
Pelatihan sulam tumpar ini untuk diaplikasikan ke masker. Nantinya diharapkan masker-masker yang berciri khas kearifan lokal Balikpapan yang berpadu dengan Kaltim ini dapat menjadi bisa dijadikan oleh-oleh.
Dapatkan Pembiayaan Tanpa Bunga, UMKM Kembali Bergairah
UMKM memiliki peranan penting dalam perekonomian masyarakat. Dibutuhkan perhatian dari banyak pihak, mengingat sektor ini diyakini dapat menyelamatkan perekonomian akibat Covid-19.
Hal itu sangat disadari oleh Ketua DPC Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Balikpapan, Ernawaty Gafar. Bantuan tidak hanya berasal dari pemerintah saja, namun berbagai pihak juga berlomba-lomba memberikan bantuan melalui CSR-nya.
“Bagaimanapun caranya, UMKM harus dibantu. Kalau tidak begitu, perekonomian tidak akan jalan. UMKM sekarang ini adalah roda pembangunan (ekonomi, Red),” katanya.
Sekira delapan bulan mengalami penurunan omzet secara drastis, dikatakan Erna, UMKM kini mulai pulih. Hal ini terlihat dari produktivitas sejumlah UMKM yang mengalami peningkatan. Belum lagi sejumlah bantuan yang digelontorkan pemerintah agar pelaku UMKM mampu bertahan di tengah keterbatasan akibat Covid-19.
“UMKM kini sangat di-support. Baik itu oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan BUMN,” ungkapnya.
Salah satunya, bantuan langsung tunai kepada UMKM secara gratis, masing-masing Rp 2,4 juta. Selain itu, hampir seluruh perusahaan milik negara juga menggelontorkan CSR-nya untuk membantu para UMKM.
“Sambutannya luar biasa. Perkembangan UMKM pada masa pandemi menggairahkan,” ungkap perempuan ramah ini.
Untuk Iwapi sendiri, anggotanya mendapat bantuan pinjaman lunak untuk modal dari Pertamina. Nilai bantuannya pun fantastis, yakni mencapai Rp 4 miliar.
“Semua anggota telah mendapatkan dana lunak CSR dari Pertamina. Dari pinjaman itu bisa untuk mengembangkan usahanya,” kata perempuan yang juga aktif di salah satu partai politik ini.
Berkat pembiayaan tersebut, anggota Iwapi juga mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini anggotanya telah mencapai 200-an orang yang terdiri dari berbagai bidang usaha.
“Berdasarkan pengurus, anggota koperasi, anggota ranting itu jumlahnya mencapai 150-an. Itu juga banyak yang tidak aktif. Namun semenjak kita ada pembiayaan dari CSR ini, anggota baru itu luar biasa,” ujarnya.
Oleh karenanya, pelaku UMKM tinggal memikirkan bagaimana caranya untuk menarik pembeli. Kemudian bagaimana memasarkan produknya secara digital atau melalui media sosial yang ada.
“Itu yang diperlukan. Progres penjualan offline luar biasa juga. Satu pangsa pasar UMKM yang dikejar adalah melalui mal. Hiburan kita selama pandemi ini ‘kan hanya mal,” terang Erna.
Mal, lanjutnya, menjadi lokasi pameran produk UMKM. Dampaknya pun bisa dirasakan para pelaku usaha. Mereka tidak ragu-ragu lagi memperkenalkan produk. Dirinya pun mengimbau agar perempuan harus menyiapkan diri sejak awal. Jangan baru berusaha ketika ekonomi goyah.
“Jadilah perempuan yang tangguh. Tidak hanya menjadi istri dan ibu, tapi juga mampu untuk membantu perekonomian keluarga,” katanya.
Dirinya pun mengajak semua perempuan untuk bisa menjadi pendukung dalam menguatkan perekonomian. Perempuan harus bisa jadi pendukung dan penguat ekonomi. Sementara bagi mereka yang sudah memiliki usaha, dirinya mengajak untuk meningkatkan mutu produknya. Apalagi, pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Pelaku usaha dituntut untuk inovatif, menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Begitupun dengan pemerintah.
“Meskipun kita ibaratnya hanya sekunder dalam keluarga, namun itu bukan masalah bagi kita untuk menambah pendapatan keluarga. Saya berharapnya ke depan pengusaha perempuan semakin banyak,” tutupnya.
(riyan)
